Senin, 23 Maret 2015

kehidupan pondok pesantren Al Hamidi bermula (part1)




CERITA BERAWAL DI PONPES AL HAMIDI ( PUTM )
Jln. KALIURANG KM 23,3 YOGYAKARTA

Suara angin yang begitu datang dengan sepoi-sepoi membuat tubuh ini merasakan kenikmatan allah yang sangat luar biasa, kicauan burung memecahkan keheningan di sore itu. Suasana yang sangat berbeda di hari-harinya yang sebelumnya, dimana udara panas, keramaian, kelauarga, dan teman-teman biasanya ngumpul-ngumpul kini terasa hilang dan menjadi kenangan, sekarang dia berada di kehidupan yang baru, lingkugan baru, teman yang baru, dan pastinya tantangan yang baru. Dia pemuda yang datang dari kehidupan yang bebas kini masuk kedalam lingkungan yang begitu ketat dan islami yakni di pondok pesantren Al-hamidi, atau dikenal dengan PUTM (  Pendidikan Ulama’ Tarjih Muhammadiyah ). Dan saat itu pula cerita kehidupannya dimulai.
Sekitar tanggal 12 mei 2012, tepatnya jam 08:12 WIB zaki beserta keluarganya sampai di kota Yogyakarta, dari Batam. Pada saat keluar dari bandara dan menuju Hotel Ambarukmo di dalam taksi terjadi percakapan antara si anak dan si bapak, “pak, nanti setelah mengantar ananda ke jogja jangan terlalu cepat pulang ke Batam, karna ananda masih belum bisa jauh dari ayahanda dan ibunda”. Dan ayah menanggapi dengan santai dan ngomong, …anak ni macam mane…? Dah besar masih tak nak jauh dari ayahanda me bunda..!!  anande harus boleh mandiri. Dengan muka yang begitu sedih si zaki terdiam dengan perkataan ayahnya, dan si ibuk sibuk mengurus adiknya yang dari tadi rewel pengen ice cream. Ouh iya di dalam kisah ini zaki adalah anak pertama dari kelaurga bpk Eriantoni dan Jasmawati, mereka adalah keturunan melayu.
Si zaki bercita-cita menjadi seorang pengacara yang handal, dan dia ingin mengambil jurusan Hukum di UGM ( Universitas Gadjah Madha ). Dan si zaki memiliki seorang paman yang bernama Prof. dr. Syamsul Anwar, guru besar di UIN ( Universitas Islam Negri ). Dia termotivasi dari cerita ayahnya yang mengatakan bahwa pamannya itu sukses disana, dan dia juga kuliah hukum. Dan pamannya itu juga pernah pulkam dan mengajak si zaki untuk kuliah ke jogja. Dan setelah si zaki puas jalan-jalan menjajah tempat wisata di Yogyakarta bersama ayahanda dan ibundannya tercinta dia merasa mulai betah berada di Yogyakarta.
 ketika jam 03:00 terdengar suara bel dari kamar hotel, dan ayahnya membuka pintu, ternyata yang datang adalah pamannya, paman syamsul. Dan beliau di ajak masuk oleh ayahnya si zaki dan mereka asik berbicara membahas hal-hal yang sepertinya tentang kuliah zaki.  Dan mereka asik bicara hingga hampir magrib dan paman syamsul pamit sambil berkata dengan ayahnya si zaki, “ ton..besok jam 02 an kita ke tempat pendaftaran si zaki”…dan pak toni mejawab “..iya pak..”.
singkat cerita, esok hari jam 02:00 pun tiba. Paman syamsul ternyata sudah menunggu di kamar tanpa di ketahui oleh si zaki karena ia keluar jalan-jalan dengan temannya. Zaki di panggil ayanya, “..zak ayo siap-siap kita kelaur sama pamanmu,,!!. Zaki menjawab..iya yah bentar zak mandi….”. setelah mandi, akhirnya mereka keluar dengan paman syamsul. Setelah begitu lama jalan dan diam di dalam mobil, akhirnya mereka sampai di kampus UGM. Setelah itu masuk dan si zaki cukup terpukau melihat universitas tersebut yang cukup megah dan terkenal. Tapi tidak berapa lama mereka jalan lagi menuju ke jln. Kaliurang. Setelah sampai di kaliurang dan tertulis KM 23,3 dan kami berhenti pada sebuah pesantren dengan nama Pesantren Al Hamidi. Dan disitu juga tertulis PUTM, si zaki semakin bingung tapi agak terlihat tenang karena terasa dingin dan sunyi dari keramaian. Dengan banyak perbincangan ternyata si zaki di daftarkan disitu, si zaki tampa banyak bicara dan diam dia pun manut wae. Waktu terus di lewati, dan akhirnya setelah tes dan si zaki lulus di PUTM. Dan cerita pun bermulai.  Kehidupan yang di jalani zaki pada saat itu berubah total, ketika ia hrus memakai pakaian islami setiap hari, dan dia harus bangun jam 02:30 untuk melakukan shalat tahajjud secara berjamaah. Zaki merasa sangat berat dengan keadaan yang baru itu yang berubah secara cepat dan spontan, dengan hawa kaliurang yang begitu dingin bagaikan hidup di eropa, kalo ngomong keluar uap atau di kenal dengan asap sungguh membuat hidupnya menjalaninya terasa sangat berat. Namun zaki tetap bersabar dalam menjalani kehidupan di pondok pesantren Al Hamidi. Hari demi hari, bulan demi bulan, dan tahun demi tahun ia lewati dan tenyata kesabaran tersebut membawa dirinya berubah total, yang dulu ngomong asal ceplos, makan berjalan dan sebagainya kini berubah tambah sopan dan mengenal agama lebih baik daripada sebelumya. Zaki merasakan perubahan besar pada dirinya, kini dia di kenal dengan panggilan ustad walaupun sebenarnya dia tidak mau di panggil ustadz karena merasakan dirinya masih sangat jauh di panggil ustadz.
CONTINUE................................

1 komentar: