Sabtu, 03 Januari 2015

bola matamu yang indah ukhti

Sore itu aini menyapu halaman rumahnya, beberapa orang yang melakukan KKN di kampungnya menyapa aini, namun aini segera berlari ke dalam Rumahnya
“Dia memang begitu, setiap kali melihat lelaki yang bukan mahramnya, ia secepatnya menundukkan pandangan atau jika lagi banyak yang memperhatian ia lebih memilih untuk masuk ke rumahnya” kata pak desa yang sementara itu menemani kami keliling desa,Waktu itu, aku mulai penasaran dengannya, namun segera kutepis kembali fikiranku untuk segera melupakan dia yang bukan milikku.Hari-hari berlalu seperti biasanya setiap kali kami melewati rumah aini, ia berlari ke dalam rumahnya. Aku mengerti betul maksudnya, ia tak ingin ada fitnah, namun sikapnya membuatku semakin jatuh hati padanya. Sore itu, tak ada teman dan pak desa bersamaku, aku sengaja berjalan sendiri agar aini tidak masuk ke rumahnya lagi.
“Assalamualikum ukhti”,
“Wa’alikum salam”
Aku tak menyangka dia mnjawab salamku, suaranya yang merdu membuatku tambah jatuh hati padanya. Namun tak kulihat wajahnya karena dengan cepat ia menundukkan pandangannya.
Aini terkenal sebagai wanita yang sholehah, sudah banyak yang datang melamarnya namun tak ada yang diterimanya.
Pernah sekali, seorang lelaki kota kaya raya datang untuk melawarnya namun segera ia tolak karena niat lelaki ini menikahi aini karena ia mencintai aini karena cantiknya
Aku tau betul, aini hanya akan menikah dengan lelaki sederhana yang mencintainya karena Robbnya tapi tak satu pun di antara mereka yang mengatakan mencintai aini karena Cintanya pada sang ilahi Robbi. Ku tau cerita ini dari tetangga tetangga yang tak sengaja kudengar saat mereka membicarakannya.
Aini, adalah wanita sholehah, bercadar. yang patuh pada kedua orangtuanya, taat beragama dan sering melakukan dakwah ke desa seberang. Malam itu, aku tak sengaja bertemu aini saat pulang dari mesjid dekat Rumahnya,
“Assalamu’alaikum ukhtii”
“Wa’alaikumsalamwarahmatullah”
Aku yang berjalan di belakangnya. Memperhatikan langkah demi langkah aini yang semakin lama semakin cepat jalannya. Tak sengaja, pulpen aini jatuh, lalu saat menoleh ke belakang hendak mengambil pulpennya, penutup wajahnya terbuka, segera aini menutup kembali lalu berlari dan kudengar isak tangisnya. Sejak saat itu aini tak lagi menampakkan diri, sikapnya membuatku merasa bersalah.
Namun Masyaalloh, bayangan wajahnya sungguh cantik. Bersinar meski hanya diterangi cahaya rembulan mungkin karena wudhunya dan matanya, matanya yang indah, tak pernah kulihat mata seindah itu sebelumnya. Selang beberapa hari, aku mengirim surat permintaan maaf,
“Assalamu’alaikum ukhtii
Sebelumnya, aku mau memperkenalkan diri, namaku adam, aku datang ke kampung ini untuk KKN, aku lelaki kemarin yang tak sengaja melihat ukhtii, Demialloh, aku minta maaf karena telah melihat wajahmu, sedang aku bukan mahrammu, untuk menebus kesalahanku, aku akan melakukan apapun, mungkin ini terlalu cepat, namun Insyaaalloh aku berniat untuk menghalalkanmu ukhti,
Tertanda, adam
Stelah beberapa hari, aku tak menyangka, aini membalas suratku, segera kubaca surat balasan aini,
“Wa’alaikum salam akhii,
Kejadian kemarin murni kesalahanku, tapi mungkin ini sudah takdir sang ilahi Robbi. Apa yang membuatmu ingin menghalalkanku? Sedang aku hanyalah gadis desa yang tak memiliki kelebihan apa apa.
Balasan surat dari aini, lebih cepat dari perkiraanku. Setelah membaca surat dari aini, bibirku merekah, segera kubalas suratnya, tanpa berfikir panjang, bagaikan mobil yang tak memiliki rem, yang terbayang hanyalah mata indah aini. Segeralah ia mengambil pulpen dan kertas merah jambu dengan motif bunga.
“Alhamdulillah, terima kasih ukhtii, aku sangat mengagumi matamu, mata indah, mata yang tak pernah kuliat sebelumnya, semoga Engkau memnerimaku ukhtii agar bisa kupandangi mata itu saat kutertidur hingga tertidur lagi”
Aku sudah tak sabar membaca balasan surat dari wanita yang kucintai, yang telah membayang-bayangi ku karena keindahan matanya.
Aku sudah tak konsen lagi pada KKNku, yang di fikiranku hanya kecantikan dan tentunya dengan mata indah aini,
Beberapa minggu kemudian, aini membalas suratku, juga dengan sebuah kotak biru yang entah apa isinya, namun yang terlebih dahulu kubuka adalah surat aini, karna sudah tak sabar ingin mengetahui apa jawabannya.
“Assalamu”alaikum akhii, afwan. Balasnya agak lama, karena butuh berhari-hari untuk memikirkan jawaban untuk akhii. Jawabannya ada pada kotak. Semoga akhii senang”.
Segeralah kubuka kotak itu, dan isinya, membuat hatiku hancur berkeping-keping, airmataku jatuh tak tertahankan
“Astagfirullah aladzim”, ku ucapkan berkali-kali.. Air mataku tak henti-hentinya mengalir, semakin lama semakin deras, aku menyesali perbuatanku. Namun aku tak tahu harus balas apa, bahkan untuk mengingat namanya saja aku sudah tak sanggup
Di dalam kotak ada kertas lagi, segera kubaca, dengan perlahan-lahan kubuka kotak tadi
“Akhii, maaf, lamaranmu kutolak, aku tak ingin karena mata ini, membuatmu mencintaiku hingga begitu dalam.
jika yang membuatmu mencintaiku adalah mataku, maka aku akan memberikan kedua bola mataku untukmu, ambillah akhii, ini hadiah dariku untukmu, semoga mata ini tak membuat Robbku murka padaku yang membuatmu mencintai mataku lebih dari kau mencinta-Nya. Mungkin setelah membaca surat ini, aku sudah menghadap ilahi, bertaubatlah akhii, semoga Alloh mengampunimu. Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarokatu”
Aini memberikan kedua bola matanya, hingga akhirnya ia meninggal dalam keadaan husnul khotimah, dalam jasadnya tercium bau yang teramat wangi hingga berhari-hari.
Masyaalloh, semoga Alloh mengampuni kita dari segala kilau dunia,
Ambil hikmahnya, semoga bermanfaat :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar