Sabtu, 03 Januari 2015

Dalam diam dan do'a

Lantunan irama sendu dari langit serasa menenangkan hati seakan mendamaikan jiwa, merasakan setiap titik kesejukan yang datang dengan kelopak mata menyayu bersama dengan bibir menyungging menyambut air karomah dari tuhan, di kala malam di tengah gemercik hujan, dalam gelap menyanyikan lagu kesunyian, semakin lama semakin dalam, semakin lama semakin tenang dalam balutan hening kekhusyuan, di atas gelaran sajadah aku meminta. Ya Allah aku meminta dengan ilmu yang ada padaMu, pilihan yang terbaik bagiku, karena engkaulah yang maha mengetahui baik dan buruknya setiap perkara yang tidak kami ketahui, aku mohon apabila adanya kebaikan dalam dirinya untukku maka tetapkanlah untukku dan perbaikilah aku untuknya, namun bila adanya keburukan di dalam dirinya untukku maka jauhkanlah dan berikanlah kesejukan pada hatiku ini ya Allah.
Setiap waktu aku meminta dengan permintaan yang sama, hanya itu yang bisa aku lakukan di saat hati ini mulai berkamuflase dengan cinta khayalan dalam tawa kosong dan kesedihan yang tak tau sebab, di saat aku mulai berfikir bahwa pacaran sebelum menikah adalah haram namun apakah mencintainya dalam diam juga termasuk meracuni hati dengan yang tidak halal?, hati kecilku gelisah dan bimbang, tetapi aku ingat akan satu hal, bahwa rasa cinta itu adalah fitrah setiap manusia, dan tabiat manusia, bahkan Nabi Muhammad SAW pun tidak menyalahkan rasa tersebut, asalkan tetap dalam batas dan tidak melebihi kecintaan kita kepada Allah.
“di jadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan pada apa-apa yang di ingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang, itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (syurga)” (QS Ali Imran; 14)
karena adanya interaksi dengan frekuensi yang tidak jarang itu yang membuatku mulai merasakan getaran cinta dengan seorang wanita, Dialah sahabatku, aku mengenalnya sejak dua tahun lalu, karena kami satu angkatan dalam gelombang pendaftaran pada saat penerimaan karyawan baru di salah satu perusahan swasta membuat kami menjadi dekat, satu tahun kami kenal, aku dan dia lebih memilih berkomitmen hanya untuk bersahabat saja, kami banyak sharing terutama soal agama islam, kami banyak berbagi ilmu dari yang kami dapat, kami sering bertanya tentang perihal yang tidak kami ketahui tentang apapun yang menyangkut agama kami, menurutku dia muslimah yang baik dan semoga baik pula menurut Allah. Masing-masing dari kami juga mempunyai satu komitmen yang sama dalam hidup kami yaitu tidak ingin berpacaran sampai adanya pernikahan, seiring berjalannya waktu ternyata banyak kesamaan di antara kami, entah ia merasa begitu atau tidak, mungkin aku saja yang terlalu memperhatikan itu, karena di saat kita sedang merasakan cinta kepada seseorang, hal sekecil apapun yang berhubungan dengan kita dan seseorang itu akan terasa sangat terlihat, baik itu kesamaan antara kita dengan dia, maupun hal-hal kecil lainnya. Aku mulai merasakan suatu perasaan yang sangat sulit di definisikan oleh kata-kata dan juga tidak mudah di cerna oleh logika, aku mencintainya dalam diam dalam hembusan nafas yang tidak terkuak oleh kata-kata, dia cantik, sopan, ramah, agamanya pun In syaa Allah baik, tidak sedikit laki-laki yang berusaha mendekatinya, bahkan tak sedikit pula lelaki yang mengajaknya menikah, tetapi yang membuat aku lega ialah ketika ia berusaha menolak setiap ajakan mereka tentunya dengan cara yang lembut, aku tidak tau alasan kenapa ia menolak, tetapi kalau menurutku mungkin ia hanya ingin menyelesaikan kuliahnya terlebih dahulu, begitu yang ia ceritakan pada saat kami berbicara dengan bertukar cerita, aku patah hati mendengarnya tetapi aku tetap menjadi pendengar setia untuknya dengan selalu mencoba memberi sedikit pendapatku, hanya mencoba agar tetap berkontribusi dalam hidupnya. bukannya aku tidak berani untuk menyatakan perasaanku kepadanya tapi aku hanya ingin menghindari hal-hal yang tidak aku inginkan, aku takut kalau dia tau apa yang aku rasakan terhadapnya, ia akan menghindar dan menjauh dariku, lebih baik aku mencintainya secara diam-diam tetapi aku tetap bisa berteman dekat dengannya, meskipun kami berteman dekat tetapi kami tetap menjaga agar tidak berkhalwat, sampai Allah memberi kesempatan kepada kami untuk saling menyempurnakan separuh dari agama kami dengan menikah, mengingat usia kami yang masih muda, dan belum cukupnya persiapanku untuk menikahinya maka aku tetap menjaga persahabatan kami dan tentunya hatiku agar tidak terlalu terpaut darinya, berbeda dengannya walaupun ia masih muda, karena ia seorang perempuan mungkin saja ia menerima lamaran dari lelaki yang mengajaknya menikah kalau ia cocok. Dan jikalau aku menuruti nafsuku aku akan mengatakan ini kepadanya, aku suka padamu, aku sayang padamu, aku cinta padamu, di hadapannya, tapi semua itu harus aku tahan dan berabarlah sebagai kuncinya, karena kelak jika memang sudah waktunya aku akan mengatakan itu padanya karena karena aku halal baginya, dan semata-mata karena Allah swt.
Bingkisan do’a untuknya Dalam diam ku berdoa, ku titipkan kepada yang meha esa (ALLAH), dengan gaya dan caraku yang khas disampaikan dengan cara-Nya yang paling terindah hanya untukmu, dan aku pun akan terus berdoa dan ikhtiar dalam kesabaranku di susul dengan usahaku kelak jika memang sudah tiba waktunya, karena sabar itu akan indah pada waktunya, benar kan ukhti? aku akan memilihmu dalam naungan-Nya.
Suatu saat jika kesiapan lahir dan batinku sudah sempurna dan kau pun sudah mencapai targetmu dalam kesiapanmu untuk menikah aku akan mendatangi orangtuamu dan berkata “Pak, bu dengan segala kerendahan hati dan segala kekurangan saya, saya berniat untuk menikahi anak bapak dan ibu, yaitu kau ukhti”

bola matamu yang indah ukhti

Sore itu aini menyapu halaman rumahnya, beberapa orang yang melakukan KKN di kampungnya menyapa aini, namun aini segera berlari ke dalam Rumahnya
“Dia memang begitu, setiap kali melihat lelaki yang bukan mahramnya, ia secepatnya menundukkan pandangan atau jika lagi banyak yang memperhatian ia lebih memilih untuk masuk ke rumahnya” kata pak desa yang sementara itu menemani kami keliling desa,Waktu itu, aku mulai penasaran dengannya, namun segera kutepis kembali fikiranku untuk segera melupakan dia yang bukan milikku.Hari-hari berlalu seperti biasanya setiap kali kami melewati rumah aini, ia berlari ke dalam rumahnya. Aku mengerti betul maksudnya, ia tak ingin ada fitnah, namun sikapnya membuatku semakin jatuh hati padanya. Sore itu, tak ada teman dan pak desa bersamaku, aku sengaja berjalan sendiri agar aini tidak masuk ke rumahnya lagi.
“Assalamualikum ukhti”,
“Wa’alikum salam”
Aku tak menyangka dia mnjawab salamku, suaranya yang merdu membuatku tambah jatuh hati padanya. Namun tak kulihat wajahnya karena dengan cepat ia menundukkan pandangannya.
Aini terkenal sebagai wanita yang sholehah, sudah banyak yang datang melamarnya namun tak ada yang diterimanya.
Pernah sekali, seorang lelaki kota kaya raya datang untuk melawarnya namun segera ia tolak karena niat lelaki ini menikahi aini karena ia mencintai aini karena cantiknya
Aku tau betul, aini hanya akan menikah dengan lelaki sederhana yang mencintainya karena Robbnya tapi tak satu pun di antara mereka yang mengatakan mencintai aini karena Cintanya pada sang ilahi Robbi. Ku tau cerita ini dari tetangga tetangga yang tak sengaja kudengar saat mereka membicarakannya.
Aini, adalah wanita sholehah, bercadar. yang patuh pada kedua orangtuanya, taat beragama dan sering melakukan dakwah ke desa seberang. Malam itu, aku tak sengaja bertemu aini saat pulang dari mesjid dekat Rumahnya,
“Assalamu’alaikum ukhtii”
“Wa’alaikumsalamwarahmatullah”
Aku yang berjalan di belakangnya. Memperhatikan langkah demi langkah aini yang semakin lama semakin cepat jalannya. Tak sengaja, pulpen aini jatuh, lalu saat menoleh ke belakang hendak mengambil pulpennya, penutup wajahnya terbuka, segera aini menutup kembali lalu berlari dan kudengar isak tangisnya. Sejak saat itu aini tak lagi menampakkan diri, sikapnya membuatku merasa bersalah.
Namun Masyaalloh, bayangan wajahnya sungguh cantik. Bersinar meski hanya diterangi cahaya rembulan mungkin karena wudhunya dan matanya, matanya yang indah, tak pernah kulihat mata seindah itu sebelumnya. Selang beberapa hari, aku mengirim surat permintaan maaf,
“Assalamu’alaikum ukhtii
Sebelumnya, aku mau memperkenalkan diri, namaku adam, aku datang ke kampung ini untuk KKN, aku lelaki kemarin yang tak sengaja melihat ukhtii, Demialloh, aku minta maaf karena telah melihat wajahmu, sedang aku bukan mahrammu, untuk menebus kesalahanku, aku akan melakukan apapun, mungkin ini terlalu cepat, namun Insyaaalloh aku berniat untuk menghalalkanmu ukhti,
Tertanda, adam
Stelah beberapa hari, aku tak menyangka, aini membalas suratku, segera kubaca surat balasan aini,
“Wa’alaikum salam akhii,
Kejadian kemarin murni kesalahanku, tapi mungkin ini sudah takdir sang ilahi Robbi. Apa yang membuatmu ingin menghalalkanku? Sedang aku hanyalah gadis desa yang tak memiliki kelebihan apa apa.
Balasan surat dari aini, lebih cepat dari perkiraanku. Setelah membaca surat dari aini, bibirku merekah, segera kubalas suratnya, tanpa berfikir panjang, bagaikan mobil yang tak memiliki rem, yang terbayang hanyalah mata indah aini. Segeralah ia mengambil pulpen dan kertas merah jambu dengan motif bunga.
“Alhamdulillah, terima kasih ukhtii, aku sangat mengagumi matamu, mata indah, mata yang tak pernah kuliat sebelumnya, semoga Engkau memnerimaku ukhtii agar bisa kupandangi mata itu saat kutertidur hingga tertidur lagi”
Aku sudah tak sabar membaca balasan surat dari wanita yang kucintai, yang telah membayang-bayangi ku karena keindahan matanya.
Aku sudah tak konsen lagi pada KKNku, yang di fikiranku hanya kecantikan dan tentunya dengan mata indah aini,
Beberapa minggu kemudian, aini membalas suratku, juga dengan sebuah kotak biru yang entah apa isinya, namun yang terlebih dahulu kubuka adalah surat aini, karna sudah tak sabar ingin mengetahui apa jawabannya.
“Assalamu”alaikum akhii, afwan. Balasnya agak lama, karena butuh berhari-hari untuk memikirkan jawaban untuk akhii. Jawabannya ada pada kotak. Semoga akhii senang”.
Segeralah kubuka kotak itu, dan isinya, membuat hatiku hancur berkeping-keping, airmataku jatuh tak tertahankan
“Astagfirullah aladzim”, ku ucapkan berkali-kali.. Air mataku tak henti-hentinya mengalir, semakin lama semakin deras, aku menyesali perbuatanku. Namun aku tak tahu harus balas apa, bahkan untuk mengingat namanya saja aku sudah tak sanggup
Di dalam kotak ada kertas lagi, segera kubaca, dengan perlahan-lahan kubuka kotak tadi
“Akhii, maaf, lamaranmu kutolak, aku tak ingin karena mata ini, membuatmu mencintaiku hingga begitu dalam.
jika yang membuatmu mencintaiku adalah mataku, maka aku akan memberikan kedua bola mataku untukmu, ambillah akhii, ini hadiah dariku untukmu, semoga mata ini tak membuat Robbku murka padaku yang membuatmu mencintai mataku lebih dari kau mencinta-Nya. Mungkin setelah membaca surat ini, aku sudah menghadap ilahi, bertaubatlah akhii, semoga Alloh mengampunimu. Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarokatu”
Aini memberikan kedua bola matanya, hingga akhirnya ia meninggal dalam keadaan husnul khotimah, dalam jasadnya tercium bau yang teramat wangi hingga berhari-hari.
Masyaalloh, semoga Alloh mengampuni kita dari segala kilau dunia,
Ambil hikmahnya, semoga bermanfaat :)